Hari ditunggu tiba, kami mengambil tabungan jelantah. Setelah 4 bulan penyetoran , akhirnya kami bisa mencairkan uang hasil pengumpulan minyak jelantah. Rasanya senang sekali karena tidak menyangka jelantah menjadi uang. Bahkan ada anak yang merasa sedikit menyesal karena belum berpartisipasi dalam pengumpulan.
Sambil melihat angka di atas amplop berisi tabungan jelantah, anak kelas 2 ada yang bertanya, “kalau jumlah nolnya tiga itu artinya apa bu”, saya bilang itu artinya ribuan. “Owh, kalau juta, nolnya berapa,”. Saya bilang “nol nya enam dan kalau mau dapat jutaan, jelantahnya harus satu truk ya”.
Wah, anak-anak secara gak sengaja belajar matematika loh. Berbeda dengan kelas 5, yang mendapatkan uang sejumlah Rp22.000. Katanya uangnya mau ditabung lagi untuk beli IPhone, wkwkwk. Di sisi lain, ada anak kelas 6 yang mengamati saja. Saya bilang, kenapa kamu tidak antri mengambil tabungannya. Dia bilang, “bu, saya cuma mengumpulkan 300 ml, kalau satu liter jelantah dihargai Rp3.000, saya cuma dapat Rp300 saja”. Hehehehe, jadi belajar materi nilai pecahan deh.
Di sudut lain, ada juga anak yang menanyakan ulang, untuk apa minyak jelantah dikumpulkan. Saya bilang minyak jelantah akan dijadikan bahan bakar biodiesel. Biodiesel merupakan calon pengganti bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia.
Wow, keren ya, ternyata aksi pengumpulkan minyak jelantah selain dapat menyelamatkan lingkungan dari pencemaran, kita juga menjadi pendukung program pembaruan energi alternatif. Yuk lakukan aksi nyata dengan mengumpulkan minyak jelantah. Terima kasih @belijelantah sudah berkolaborasi dengan sekolah kami.